Sekarang di
laptopku pukul 23:33 WIB, Sabtu 06 Mei 2017. Lagu Nelongso (See you again versi
Jawa) sedang kudengarkan. Karena ini malam Minggu dan nggak ngaruh dengan
aktivitasku jadi aku putuskan untuk menulis sesuatu yang selama ini aku rindu.
Akan aku ceritakan tentang tiga saudara kembar yang pernah mengisi hidupku.
Sebenarnya jumlahnya lima, dua lagi mati saat baru lahir, mungkin diterkam
ayahnya atau bagaimana aku tidak tahu kronologisnya. Yang aku kenal hanya John,
Romni dan Agus. Mereka saudara kembar yang kurang akur, karena tidak pernah
yang namanya pergi bersama-sama, selalu sendiri-sendiri entah di mana itu. Saat
itu aku masih SD dan rumahku belum pindah-pindah seperti sekarang. Sudah sangat
lama sekali ya. Hmmm… aku mulai rindu.
Baik kita mulai. John, Romni dan Agus. Tiga
serangkai yang sering bermain denganku. Mereka serumah denganku. Jangan heran,
mereka tidak memakan tempat banyak meski rumahku sempit. Aku suka dengan
keberadaan mereka. suasana di rumah tambah menyenagkan. Ketika aku memberi
mereka makanan, mereka selalu memakannya dengan rebutan. Harusnya tidak, karena
makanannya tidak terlalu sedikit dan menjamin mereka tidak akan kekurangan,
mungkin mereka merasa senang dengan begitu. Mereka tumbuh remaja. Sudah mulai
suka bepergian sendiri-sendiri. Aku suka membiarkan mereka pergi bermain karena
nanti juga akan kembali lagi. Namun pada suatu hari aku tidak menjumpai Romni
pulang ke rumah. Di mana dia? Masihkah bermain? Kenapa tidak kunjung pulang?
Aku khawatir karena John dan Agus sudah ada di rumah. Mereka tidak bermain
bersama aku tahu itu, lalu kemana perginya Romni? Saat itu aku tidak tahu
keberadaannya hingga berhari-hari. Romni tak kunjung kembali dan aku mulai
merasa kehilangan. Mau gimana lagi, mungkin Romni menemukan tempat yang lebih
nyaman, pikirku pendek. Tinggal John dan Agus. Agus di sini lebih banyak diam
dari pada John. Keduanya berbeda watak. John ssangat aktif sedangkan Agus
tidak. Tapi aku tetap menyayangi keduanya.
Suatu hari
kejadian Romni menimpa Agus. Aku mencari Agus kemana-mana yang tidak kunjung
pulang. Di mana sebenarnya mereka. Kenapa menghilang begitu? Kini kuharap John
tidak ikut-ikutan mereka. Semoga John betah tinggal denganku. Semenjak itu aku
sangat dekat dengan John. Tidur bersama, bermain bersama bahkan setiap pagi aku
memberinya minyak ikan agar ia tetap memiliki nafsu makan meski saudaranya
meninggalkannya. Ia mulai menyukai sayuran seperti kol dan wortel, kadang juga
memakan mie atau kering dari tahu. Apa saja ia makan. Aku mulai merasa bahwa
John sangat lucu dan aku suka.
Suatu hari
ketika aku sedang keluar dan melewati gang kecil agar lekas sampai ke rumah aku
menjumpai Agus sendirian di pojok gang. Dia tidak mengenaliku dan tragisnya
tubuhnya melepuh dan mengelupas. Hampir sekujur tubuh. Matanya, matanya tidak
normal seperti biasanya. Dia buta, dia buta… rasanya aku ingin menangis melihat
kondisinya seperti itu. Siapa yang melakukannya? Kenapa tega sekali melakukan
itu pada Agus yang baik? aku sedih. Aku tidak tahu siapa pelakunya. Agus tidak
mau kuajak pulang, aku mencoba memaksanya tapi gagal. Ia tidak bisa melihat
lagi. saat aku tiba di rumah aku berpikir bahwa John mungkin rindu dengan Agus,
mungkin ia ingin bertemu. Lalu kubawa John bersamaku untuk menemui Agus yang keadaannya
sangat buruk. Saat melihat Agus apa reaksi John? Dia lari seperti ketakutan,
seolah itu bukan saudaranya, mungkin John tidak mengenali Agus karena aku
sendiri juga tahu Agus berubah sekali fisiknya. Aku sedih melihat adegan itu.
John menghindar dari Agus. Akhirnya aku membawa John pulang kembali. Aku tidak
bisa membawa Agus karena ia menolak. Ya sudahlah aku akan sering mengunjungi
Agus.
Aku kembali
tinggal bersama John dan menghabiskan waktu bersama John. Senang sekali masih
ada kawan bermain yang lucu seperti John. Setelah sekian lama akhirnya aku
mendengar kabar bahwa Romni menghilang karena kabur. Romni kabur dari rumah
disebabkan ia sering dipukuli tetanggaku menggunakan gagang sapu. Oh.. sungguh
malang nasib Romni. Di mana kau saat itu Romni? Aku rindu.
Entah kapan itu
aku lupa, John mulai jarang pulang ke rumah. Hingga ia benar-benar kunyatakan
hilang. Ya John akhirnya ikut menghilang. Hmmmm aku bisa apa. Ada yang melihat
John tertabrak motor di depan jalan gang. Semua isi perutnya keluar. Ya Allah
ngilu sekali. Aku masih berharap bahwa itu bukan John. Tapi aku tidak berani
memastikannya. Dan yasudahlah. Aku menjalani hidupku tanpa mereka hingga kini.
Dari semua itu
aku masih bisa ingat jelas kenangan maniku dengan John. Ia suka naik ke atas
kasur dan tidur di bawah kakiku, ngusel-ngusel gitu. Pernah juga ia tidur di
sofa , karena warna sofa dan warna bulunya hampir sama maka ia begitu samar
tidur di sana, dan ibuku yang tidak menyaadarinya kemudian mendudukinya, hahaha
saat itu benar-benar lucu. Ada lagi saat aku menggoda John dengan makanan yang
aku ikatkan dengan benang lalu menggantungkannya di atas kemudian ia mencoba
meraihnya dan aku menggerakkan benang itu. kulihat John bisa berjalan
menggunakan dua kai meski tidak lama. Dan aku mendengar orang yang membuat
keadaan Agus malang adalah Nenek yang tidak bisa kau sebutkan namanya, ia
tinggal di gang tempat Agus berdiam diri. Apa yang ia lakukan kepada Agus?
Ternyata ia menyiram Agus dengan air panas, sungguh jahat aku benci. Beberapa
hari kemudian Agus menghilang dari gang itu entah kemana.
Itulah sepenggal
kisah tentang tiga kucing kembar yang pernah menjadi kawan bermainku. Apapun
yang terjadi aku berharap kejadian semacam itu tidak menimpa kucing-kucing lain
di dunia ini.